-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada bulan Desember 2011 hingga Desember
2012 yang lalu, penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti sebuah program training di Jerman. Selama periode 1 tahun tinggal di
Jerman, penulis mengunjungi beberapa kota, baik itu di Jerman, maupun di beberapa
negara Eropa lainnya. Dari setiap kunjungan ke berbagai kota tersebut, penulis
selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi gereja-gereja yang ada di kota
tersebut. Melalui tulisan ini, penulis ingin membagikan kepada pembaca semua,
sedikit informasi dan pengetahuan dari beberapa gereja yang sempat penulis
kunjungi.
Gereja dalam bahasa Jerman adalah die Kirche. Ketika awal belajar Bahasa
Jerman, penulis harus berhati-hati membedakan kata die Kirche dengan die Kirsche.
Karena, walaupun hanya berbeda satu huruf, namun maknanya sangat berbeda. Die Kirche berarti gereja, sedangkan die Kirsche berarti buah cherry.
Saarbrücken
: Johanneskirche dan Ludwigskirche
Yang akan penulis ulas adalah 2 gereja Protestan utama di Saarbrücken, yaitu Johanneskirche dan Ludwigskirche.
Johanneskirche (Gereja Yohanes) merupakan
sebuah bangunan bergaya neo-gotik, yang dibangun antara tahun 1894 – 1898.
Gereja ini mampu bertahan dan tetap berdiri selama Perang Dunia Ii berlangsung,
walaupun Kota Saarbrücken sendiri pada periode 1942 – 1945 rata dengan tanah.
Ada hal yang menarik mengenai Perjamuan
Kudus di Jerman. Tidak seperti di GKP, Perjamuan Kudus di Johanneskirche
dilakukan dengan mengundang semua jemaat untuk maju ke depan, dan membentuk
lingkaran di sekitar altar. Kemudian, Pendeta dan petugas (mungkin seperti
majelis di kita) akan berkeliling membagikan roti dan anggur. Roti biasanya
dibagikan oleh petugas, sedangkan anggur dibagikan oleh Pendeta. Jadi mereka
yang berkeliling, sedangkan jemaat menunggu giliran sambil melingkar. Pada
awalnya penulis merasa ragu untuk ikut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus ini,
karena mengira bahwa semua jemaat meminum anggur dari satu cawan, tidak dari
gelas-gelas seperti yang lazim dilakukan di GKP. Namun, setelah diperhatikan,
ternyata cawan yang digunakan tidak hanya satu. Sang Pendeta akan memutar bibir
cawan setelah digunakan oleh satu jemaat, sehingga jemaat berikutnya minum dari
bibir cawan yang bersih, dan setelah 4 orang jemaat (atau setelah seluruh sisi
bibir cawan digunakan), maka cawan akan diganti. Namun, untuk jemaat yang tidak
mau meminum anggur langsung dari cawan, dapat menggunakan metode lain, yaitu
dengan mencelupkan roti ke dalam cawan kemudian memakan roti tersebut.