Saturday, October 28, 2006

End Credit

Buat kita-kita yang hobi nonton film, pasti sudah tidak asing lagi dengan 'end credit'. Biasanya berupa serombongan nama-nama yang muncul di akhir film. Nama-nama itu adalah sejumlah orang yang terlibat dalam proses produksi film tersebut. Semua orang yang terlibat tercantum di sana, mulai dari leading actor/actress, supporting actor/actress, sutradara, produser, penulis, fasihon designer, sampai driver, petugas catering, dan sebagainya.

Menarik untuk diperhatikan, bahwa untuk proses produksi sebuah film dibutuhkan puluhan (bahkan mungkin ratusan) individu dengan talent-nya masing-masing. Tak heran kalau pimpinan produksinya dinamakan 'director', karena memang dia harus bisa mengarahkan sekian banyak orang untuk menciptakan sebuah film yang disukai masyarakat.

Dalam behind the scene film Chicago, sang sutradara (director) mengungkapkan bahwa keberhasilannya membuat Chicago sebagai film yang sukses adalah adanya semangat dan keseriusan yang sama dari semua personel yang terlibat dalam proses produksinya.

Etos kerja para pembuat film tampaknya bisa kita contoh. Yang mereka pikirkan bukan hanya bagaimana mendapatkan uang, tetapi bagaimana membuat sebuah karya yang disukai oleh masyarakat -- uang akan mengikuti dengan sendirinya. Mereka mencintai pekerjaan, yakin bahwa yang mereka kerjakan adalah sebuah karya yang besar. Ketika mereka mengerjakan tugasnya, mereka tahu bahwa pekerjaan mereka itu adalah bagian dari sebuah karya besar.

Ironisnya, end credit biasaya jarang kita perhatikan. Bahkan di bioskop di Indonesia, umumnya film akan segera dihentikan ketika memasuki end credit. Atau, ketika menonton film melalui DVD, biasanya end credit ini kita skip. Atau, walaupun end credit ini ditayangkan sampai habis di televisi, biasanya dengan segera kita memindahkan channel. Apakah ini gambaran bahwa kita tidak bisa menghargai hasil karya orang lain? Mudah-mudahan tidak. Tetapi tidak ada salahnya kalau sekali-kali kita menonton film sampai tuntas benar, sampai kita melihat pula nama-nama orang yang terlibat dalam pembuatannya. Kita akan dibuat terkejut dengan banyaknya orang dan talent yang terlibat. Boleh juga sambil membayangkan bagaimana perasaan kita jika nama kita tercantum dalam deretan nama-nama tersebut.....

Monday, October 16, 2006

Mine is Bigger

Dalam salah satu episode Ally McBeal, Georgia Thomas, salah satu kolega Ally, bertanya pada Ally, "What is it that make your problem always bigger than others'?". Pertanyaan ini muncul gara-gara Georgia kesal karena Ally selalu mengeluhkan masalah-masalah yang sedang dialaminya, tentang percintaannya, tentang pekerjaannya, kepada semua orang yang ditemuinya, seakan-akan orang lain tidak punya masalah, atau seakan-akan masalahnya adalah yang terberat di dunia.

Seringkali kita juga seperti Ally. Kalau kita punya masalah, kita merasa sebagai orang tersusah di dunia. Seperti lagu dangdut, kita merasa menjadi 'orang termiskin di dunia'. Tanpa disadari, setiap kita bertemu dengan orang lain, kita menceritakan masalah-masalah yang sedang kita hadapi. Kita lupa, mungkin saja orang yang kita ceritai itu juga sedang punya masalah, bahkan mungkin masalahnya lebih berat daripada yang kita miliki.

Padahal, katanya, kalau kita punya masalah, dan kita membicarakannya ke banyak orang, tanpa berusaha mencari penyelesaiannya, maka kita akan merasa masalah kita jadi semakin besar, dan kita tambah tidak berdaya mengatasinya. Benar atau tidaknya, mungkin masing-masing orang punya pendapat. Yang pasti, kalau kita membicarakan masalah kita ke orang lain, dan orang yang kita ceritai malah memanas-manasin, akhirnya kita tambah bingung dengan masalah kita itu... kecenderungannya, masalah kita malah tambah kusut.

Kesimpulannya, sebelum kita menceritakan masalah kita ke orang lain, tampaknya kita harus tahu dulu apa tujuan kita. Kalau kita ingin masukan, feedback, bantuan solusi, maka kita bisa bicarakan masalah kita dengan orang lain yang kita anggap lebih mampu. Tapi, kalau tujuan kita membicarakan masalah ke orang adalah untuk show-off, supaya kita dikasihani, mendingan kita simpan sendiri masalah kita itu...