Thursday, September 14, 2006

Simple Rules on The Street

Beberapa hari terakhir ini, daerah di sekitar rumah saya mengalami kemacetan luar biasa. Sehari-hari memang daerah tersebut dikenal sebagai salah satu daerah macet di Bandung. Namun apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini memang berada di luar batas kenormalan. Penyebabnya adalah adanya proyek perbaikan jalan, berupa pelapisan jalan dengan beton sehingga lebih tinggi. Tujuannya pasti sangat baik, dan akan berguna di kemudian hari, terutama kalau musim hujan. Area tersebut akan bebas dari genangan air. Tapi proses perbaikan itu memang cukup menyebalkan. Mungkin inilah pengorbanan yang perlu dibayar.

Anyway, selain karena adanya perbaikan jalan, setelah saya perhatikan, pemberi kontribusi utama terhadap kemacetan jalan tersebut adalah karena pengguna jalan sendiri. Banyak yang tidak sabaran, menyerobot jalur orang lain, atau menggunakan bagian jalan yang bukan semestinya (contoh: pengendara sepeda motor yang naik ke trotoar. Menyebalkan sekali, terutama bagi pejalan kaki seperti saya. Trotoar adalah daerah kekuasaan pejalan kaki, bukan kendaraan). Atau, penggunaan bahu jalan di jalan tol, yang jelas sangat berbahaya (biasanya dilakukan oleh orang yang tidak sabar. Sering saya berpikir secara positif bahwa mereka buru-buru karena kebelet pipis... )

Peraturan lalu lintas di jalan sebenarnya tidak sulit. Semua orang dari pasti bisa mengikutinya. Di Indonesia, kita menganut sistem keep-left. Tapi kadang-kadang ada yang mencuri-curi jalur ke arah kanan, walaupun sudah jelas-jelas ada garis pembatas. Atau, zebra-cross yang tidak diindahkan oleh pengendara. Ketika kita akan menyebrang jalan di zebra-cross (yang sudah jelas-jelas adalah tempat menyebrang), mobil-mobil dan motor-motor sama sekali tidak memberi kesempatan untuk menyebrang. Alhasil, menyebrang kadang-kadang terasa seperti salah satu tantangan Fear Factor.

Kelakuan para pejalan kaki kadang sama anehnya. Menyebrang jalan tepat dibawah jembatan penyebrangan. Aneh kan? Atau berjalan dipinggir jalan, bukan di atas trotoar.

Menggelikan juga kalau kita mengamati perilaku orang di jalan raya. Peraturan-peraturan sederhana tampak menjadi sulit untuk ditaati. Padahal, seandainya peraturan-peraturan sederhana itu dipatuhi, mungkin keadaan lalu lintas di jalan raya akan lebih nyaman.

Kalau untuk mematuhi peraturan sederhana saja sudah sulit, apalagi mematuhi peraturan yang kompleks dan rumit?

Wednesday, September 13, 2006

Undo

One day, salah satu direktur di tempat saya kerja, memberikan feedback tentang saya. Katanya, saya itu orangnya terlalu mendalam dalam berpikir, jadi terkesan lambat dalam bertindak. Mmmh.. suatu feedback yang cukup menusuk, apalagi dalam konteks lingkungan kerja, yang notabene semua orang ingin dicap sebagai pekerja yang cekatan dan cepat tanggap.

Terpukul? Honestly, ya. Cukup membuat suasana emosi bergeser ke kutub negatif, walau hanya sebentar. But I take it as a compliment (or another form of rationalization?).

Berpikir adalah pekerjaan yang kadang kala kita kita lupakan sebelum kita bertindak, berkata-kata, atau mengambil keputusan. Sering apa yang kita lakukan atau ucapkan lebih dipengaruhi refleks, terutama kalau kita sedang dikuasai emosi negatif. Padahal, menurut pelajaran fisiologi (mudah-mudahan benar) katanya refleks itu muncul ketika stimulus belum sampai di otak, hanya sampai di tulang belakang. Padahal, pusat berpikir kita ada di otak.....

Salah satu perintah edit di komputer yang paling menyenangkan adalah perintah undo. Kalau kita melakukan kesalahan dalam pengolahan data, dengan mudah kita bisa meng-undo. Sayangnya, dalam kehidupan kita tidak ada tombol seperti itu. Apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan tidak bisa di-undo. Alangkah menyenangkan, kalau kita bisa meng-undo tindakan bodoh kita, yang sudah merugikan diri kita atau menyakiti orang lain.

Itulah pentingnya berpikir. Tidak ada tombol undo dalam kehidupan kita.

Tuesday, September 12, 2006

Problem: Solved!

Dalam hidup, seringkali (atau bahkan selalu) kita berhadapan dengan masalah, problem, persoalan, dan apa pun namanya, yang kadang-kadang memaksa kita untuk berbelok sedikit dan menyelesaikan hal tersebut dulu, sebelum kita dapat melanjutkan kehidupan kita. Sangat natural sekali.

Dalam bahasa kita, seringkali digunakan istilah "memecahkan masalah". Sebenarnya, "memecahkan masalah" hanya berarti kita membuat masalah kita menjadi pecahan-pecahan kecil. Hal ini sangat membantu, terutama kalau kita merasa masalah yang kita hadapi sangat besar, hingga menghalangi pandangan kita ke masa depan. Untuk menghadapi masalah yang besar, kita perlu memecah-mecahkannya sehingga menjadi bagian-bagian kecil yang bisa kita atasi sesuai kemampuan kita. Tetapi memecahkan masalah saja tidak cukup. Yang penting adalah bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Kalau masalah hanya dipecahkan, maka yang kita peroleh adalah sejumlah masalah yang lebih banyak, dengan intensitas ringan --- the problems are still there. Namun setidaknya, dengan dipecahkannya masalah akan membangkitkan optimisme kita dalam menyelesaikan masalah yang tampak besar.

Monday, September 11, 2006

3 Things You Must Have in Your Life

Seorang teman yang berasal dari Philippines, mengajarkan pada saya bahwa dalam kehidupan ini kita harus selalu berusaha memiliki sekurang-kurangnya 3 hal :
  1. God
  2. Friends
  3. Books

GOD

What is life without God? It will be nothing. Ini hal yang mendasar. Tanpa Tuhan dalam hidup kita, maka sebenarnya kita tidak hidup. Tuhan adalah sumber kehidupan kita. Life without God will be like fish without water. Fakta yang tidak bisa dibantah lagi. We need God in our life.

FRIENDS

Ketika hal kedua ini diungkapkan, saya sempat mendebat, kenapa bukan family yang menjadi hal penting berikutnya? Teman saya bilang, betul, keluarga adalah hal yang penting, tapi apa artinya keluarga, kalau tidak bisa berfungsi sebagai teman - sebagai partner dalam hidup kita. Kita semua pasti datang dari sebuah keluarga. Tapi tidak semua orang merasakan bahwa dia punya keluarga. Keluarga yang tidak dapat berfungsi sebagai teman bagi hidup kita akan cenderung kita kesampingkan.

Punya teman di mana-mana adalah hal yang sangat berharga - atau kalau dalam dunia bisnis istilahnya adalah 'jaringan'.

Pernahkah kita melihat gelandangan, homeless, tinggal di pinggir jalan? Pernahkah kita membayangkan bahwa kita juga mungkin saja mengalami hal seperti itu, kalau kita tidak punya teman seorangpun?

Orang bilang, love can be ended, but friendship is forever. Rahasia keberhasilan hubungan jangka panjang antara pasangan, adalah karena mereka berhasil menjadikan pasangannya sebagai teman, sebagai sahabat.

BOOKS

Buku adalah jendela dunia, katanya. Walau mungkin sekarang lebih tepat: internet adalah jendela dunia. But however, buku, bagaimanapun bentuknya, konvensional, atau elektronik adalah sumber informasi bagi kita. Tampaknya hampir tidak ada proses pendidikan yang tidak melibatkan buku.

Sayangnya, semangat membaca akan pudar setelah kita meninggalkan bangku pendidikan. Membaca tidak lagi menjadi kebutuhan. Gosip-gosip mengatakan bahwa minat baca di kalangan orang Indonesia sangat rendah. Memprihatinkan memang.

Banyak membaca buku akan membuat kita berpikir lebih fleksibel, lebih bisa menerima perbedaan pendapat, karena cara berpikir kita menjadi lebih lentur untuk bisa melihat sudut pandang orang lain.

God. Friends. Books. Itulah modal kita untuk menikmati hidup.

Pilot

Tergoda oleh diskusi beberapa teman mengenai blog, akhirnya terwujud juga blog ini. Lumayan, itung-itung menyalurkan aspirasi dan pemikiran lewat tulisan, daripada dipendam sendiri. Siapa tahu ada pemikiran-pemikiran, pendapat-pendapat, dan pandangan-pandangan yang berguna bagi orang lain.

La vie est belle, la vita e bella, life is beautiful, hidup itu indah. Setiap hari kita mengalami keindahan. Masalahnya, apakah kita selalu bisa melihat keindahan hidup?

That's the theme of my blog. Banyak keindahan yang bisa kita alami dalam kehidupan kita. Mari kita buka seluruh indra dan rasa kita untuk bisa menemukan keindahan dalam setiap saat kehidupan kita.