One day, salah satu direktur di tempat saya kerja, memberikan feedback tentang saya. Katanya, saya itu orangnya terlalu mendalam dalam berpikir, jadi terkesan lambat dalam bertindak. Mmmh.. suatu feedback yang cukup menusuk, apalagi dalam konteks lingkungan kerja, yang notabene semua orang ingin dicap sebagai pekerja yang cekatan dan cepat tanggap.
Terpukul? Honestly, ya. Cukup membuat suasana emosi bergeser ke kutub negatif, walau hanya sebentar. But I take it as a compliment (or another form of rationalization?).
Berpikir adalah pekerjaan yang kadang kala kita kita lupakan sebelum kita bertindak, berkata-kata, atau mengambil keputusan. Sering apa yang kita lakukan atau ucapkan lebih dipengaruhi refleks, terutama kalau kita sedang dikuasai emosi negatif. Padahal, menurut pelajaran fisiologi (mudah-mudahan benar) katanya refleks itu muncul ketika stimulus belum sampai di otak, hanya sampai di tulang belakang. Padahal, pusat berpikir kita ada di otak.....
Salah satu perintah edit di komputer yang paling menyenangkan adalah perintah undo. Kalau kita melakukan kesalahan dalam pengolahan data, dengan mudah kita bisa meng-undo. Sayangnya, dalam kehidupan kita tidak ada tombol seperti itu. Apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan tidak bisa di-undo. Alangkah menyenangkan, kalau kita bisa meng-undo tindakan bodoh kita, yang sudah merugikan diri kita atau menyakiti orang lain.
Itulah pentingnya berpikir. Tidak ada tombol undo dalam kehidupan kita.
No comments:
Post a Comment